Rabu, 06 Februari 2019

BUDIDAYA PADI SISTIM SALIBU

PENYULUH PERTANIAN DESA RIWO KECAMATAN WOJA KAB. DOMPU | Rabu, 06 Februari 2019,22.59 |

 BUDIDAYA PADI SISTIM SALIBU 
(SEKALI TANAM TIGA KALI PABEN)

 
Di Indonesia budi daya padi dengan cara memangkas batang setelah panen banyak dilakukan untuk padi lokal yang berumur panjang. Setelah panen, tanaman utama akan dibiarkan tumbuh hingga musim tanam tahun berikutnya.
Di beberapa daerah di Indonesia, sistem budi daya tersebut disebut dengan nama ratun atau salibu, namun ada yang menyebutkan juga bahwa kedua jenis tersebut merupakan teknik yang berbeda.
Padi salibu berbeda dengan padi ratun.
Ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplai hara tetap dari batang lama. Dalam periode tersebut petani bisa memanen dalam waktu sekitar setengah dari periode tanaman utama, dengan produksi berkisar antara 40-60% dari panen tanaman utamanya.


Salibu (sekali tanam, panen berkali-kali) merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas baru akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, ini lah yang membuat pertumbuhan dan produktivitasnya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama.
Beberapa verietas padi yang mampu berproduksi baik untuk ditanam dengan sistem salibu seperti varietas Batang Piaman, Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, Logawa, dan lain-lain.
Sedangkan untuk varietas padi sistem ratun yang cocok adalah Inbrida padi sawah irigasi (Inpari) 1-30 (Ciherang Sub-1), Ciherang, Mikongga, dan lain-lain.
Kedua sistem budi daya ini mempunyai keuntungan yang sama, di antaranya adalah:
  • Tanpa pengolahan tanah, penyemaian dan penanaman.
  • Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit.
  • Biaya pupuk lebih sedikit.
  • Waktu panen lebih singkat.
  • Kebutuhan air irigasi lebih sedikit.
  • Biaya produksi menjadi lebih hemat. 


Padi salibu menghasilkan anakan lebih banyak dibanding padi ratun konvensional, ini disebabkan karena pengaruh sifat genetik dan lingkungan, seperti ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, sinar matahari, suhu, serta keadaan hama dan penyakit tanaman.
Dari aspek fisiologi dan karakter morfologi menunjukan perakaran padi salibu lebih kuat dan luas sehingga proses penyerapan unsur hara lebih baik dibandingkan padi ratun.
Hal ini sangat berpengaruh pada jumlah anakan padi dan jumlah gabah per malai. Budidaya padi salibu dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu, dan meningkatkan indeks panen dari sekali menjadi dua sampai tiga kali panen dalam setahun dengan hanya menanam satu kali.
Jika dibandingkan dengan teknologi ratun konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan seragam, dan produktivitas bisa sama bahkan lebih tinggi dari tanaman utamanya.
Pemangkasan pada sistem salibu
Pertumbuhan tunas-tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang. Oleh sebab itu tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu.


Pemangkasan batang padi harus dekat dengan tanah, agar waktu tumbuh akar ke tanah dapat langsung masuk ke tanah, pemotongan batang 3-5 cm dari permukaan tanah.
Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air tanah. Pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi.
Salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air, maka pertahankan kondisi air di permukaan lahan dalam keadaan macak-macak, di mana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.
Pemangkasan pada sistem Ratun
Saat terbaik untuk panen tanaman padi yang dipersiapkan untuk padi ratun adalah pada saat tangkai atau batang jerami masih hijau, bulir padi belum matang penuh dan kering.
Sebaiknya pemanenan dilakukan 5 hari sebelum umur panen seperti tertera pada diskripsi varietas, karena pada kondisi seperti itu, batang padi secara fisiologis masih aktif untuk pertumbuhan anakan ratun.
 
Jika panen terlambat dapat menyebabkan daya tumbuh tunas berkurang, dan banyak gabah yang rontok dan pada saat tumbuh nanti akan menjadi gulma.
Sekitar dua minggu sebelum panen biasanya sawah dikeringkan untuk menyeragamkan kematangan malai.
Untuk keperluan padi ratun, pengeringan dimaksudkan untuk memperbaiki aerasi tanah dan menekan perkembangan hama dan penyakit dalam tanah. Setelah padi dipanen, sawah segera digenangi, setinggi kurang lebih 5 cm selama 2-3 hari. Kemudian air dikeluarkan lagi.
Penggenangan bertujuan untuk menjaga agar tanah tetap lembab sehingga batang padi yang masih berdiri tidak kering. Jika pada saat panen air tanah masih dalam kapasitas lapang, maka tidak perlu lagi digenangi.
Kelemahan dari kedua sistem ini adalah, karena tidak ada masa berat antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya maka penerapan sistem budi daya padi salibu dan ratun akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.
 

 

1 komentar:

  1. Casino, Slots, Roulette, Blackjack & more - Mapyro
    Find 전주 출장샵 Casino, Slots, Roulette, 경주 출장샵 Blackjack 전라남도 출장마사지 & more 하남 출장샵 at Mapyro! Address: 3185 Beach Blvd. S, Las Vegas, NV 영천 출장안마 89109

    BalasHapus

Posting Komentar